Please enable JavaScript to access this page. Bread Talk (mengenang waktu bersamamu) ~ Kaki Semut

Bread Talk (mengenang waktu bersamamu)

Entah dari mana aku memulainya, semuanya mengalir begitu saja tanpa sekenario apapun. Dalam, dalam, dan semakin dalam kurasakan. Kenikmatan yang sulit kupungkiri, memberi kesan bahwa akulah orang yang paling bahagia. Seolah-olah hanya aku dan dia yang ada di dunia ini (mungkin ada lainnya dan itupun hanya menyewa menurutku).
Terasa dalam ikatan yang kita miliki tak mampu ku lepas dari jeratnya begitupun sebaliknya. Seharipun tak beradu kasih bersamanya, seperti dunia mogok untuk berputar, sunyi senyap dan pengap. akupun mulai paham akan setiap kebiasaan yang dibawanya. Apakah itu sudah dari kecil ketika ia tinggal bersama orang tuanya atau baru kali ini ketika bersamaku. Entahlah, aku sangat menikmati setiap tingkah yang ditampakkannya.
Aku teringat suatu ketika ia berbicara kepadaku, “dia tak pernah memperlakukanku seperti ini setiap aku merengek kepadanya. Biarkanlah aku selalu merebahkan tubuhku dipangkuanmu setiap kali aku merasakan ngantuk karena lelah bekerja seharian diluar” tak lama kemudian ia melanjutkan bicaranya yang sempat tertunda sejenak dengan nafas yang mendesah berat. “satu alasan lain yang begitu kuat menyiksaku karena seharian aku merasakan rindu yang begitu berat kepadamu”. Sejak itulah sebisa mungkin ku memberikan yang terbaik baginya dan tentunya aku akan selalu ada setiap ia membutuhkannku. Tatapannya yang polos dengan penuh kehausan akan kasih sayang dari orang yang ia harapkannya membuatku semakin ngilu dan ingin merengkuhnya setiap ia ingin mengalirkan butir air mata yang ingin membasahi wajahnya yang kuyu.
Setiap kali ia merengkuhku dari belakang kurasakan ada sosok anak kecil yang ingin dimanja oleh ibunya, segera ku buka tangannya yang mengikat perutku dan ku berbalik menatap tajam kearahnya sambil memberi kecupan hangat di bibirnya. Itulah kebiasaan setiap kali ia bagun dari tidur lelapnya semalaman. Semua telah ku siapkan, Air hangat telah berada dikamar mandi lengkap dengan handuk kesayangannya, pakaian kerja yang dipakainya kekantor telah rapi dan tergantung di lemari kamar tidurnya. Hampir semua kebiasannya ku mengerti. Hingga saatnya ku temani ia sarapan pagi. Sepotong roti dengan susu coklat sudah menyambut ia di meja makan. Kebiasaan yang tak ketinggalan setiap ia duduk menatap makanan dihadapannya yaitu ia menyuruhku mengajak ngobrol sambil mata kami beradu pandang dengan sedikit tawa yang menggelitik. Terasa geli memang, namun itulah kebiasaan selalu dibuatnya yang membuatku semakin ingin memiliki ia sepenuhnya.
Aku hampir kecanduan akan tingkah lakunya sedikit ke kanak-kanakan itu, sehari tak datang kerumah atau sekadar menelepon untuk memberi kabar. pikiranku terasa bimbang, jantungku berdegup tak beraturan serta gelisah selalu mengusik relung hatiku. Kemana ia pergi? dengan siapa ia pergi? jangan-jangan? Akh sudahlah, aku terlalu berlebihan. Biarlah aku menuggu disini sampai ia datang kepadaku. tak lama kemudian suara bel berbunyi, suaranya yang nyaring memecahkan hayalan burukku tentangnya. Ku buka pintu perlahan, ia datang dibalik pintu dengan membawa kue caramel yang dibelinya di bread talk tadi. Secara tidak sadar aku sering membeli kue itu ketika aku jalan-jalan dengannya. Tak kusangka kebiasaanku itu telah terekam diingatannya. disanalah pertama kali kita bertemu, kita sering beradu pandang meskipun tidak saling kenal satu sama lain.
“halo sayang, ku bawakan kue kesukaanmu” ia tersenyum dengan menampakkan kue dari belakang punggungnya.
“hemm… begitu menggoda. Di sore yang indah menikmati kue caramel yang lezat. Thank you honney” kecupan dari bibirku mendarat di pipinya. satu hadiah manis kuhadiahkan kepadanya.
Kulewati sore yang indah bersamanya untuk kesekian kalinya. Sebungkus kue caramel dengan cappuccino ku hidangkan di meja balkon tempatku bersantai bersamanya setelah jenuh akan rutunitas yang menyita waktuku denganya setiap harinya. Berteman senja dilangit sana bertabur awan-awan putih bergelantungan seakan ingin menjatuhkan hujan di atas tanah yang mengering karena sengatan mentari dihari ini. Begitu selalu kulewati setiap kesempatan yang ada untuk ku lewati bersamanya. Meskipun ini terlarang, tetapi inilah fakta yang ada.
Seharusnya aku bahagia dengan semua yang aku punya sekarang ini. Rumah berserta isinya, mobil mewah berjejer di garasi, gaji setiap bulan bersarang di rekeningku. Tetapi kenapa semakinku rasakan semakin ku takut aku kehilangan dia. Balkon tempatku besantai denganya selalu kudatangi sekadar mengusap rinduku yang semakin tak terbendung. Beranda tempatku menunggu setiap ia akan bermain kerumah tak juga hapuskan rasa takut yang mencekam. Dan ketakutanku selalu sirna dengan kehadirannya yang tiba-tiba dibalik pintu rumahku.
Kali ini benar-benar rasa takut itu menerorku, Sudah seminggu ia tak memberi kabar kepadaku. Kecurigaan kembali bersarang dibenakku. Apakah ia sekarang bersama dia? Apakah ia telah menemukan cintanya kembali? Hatiku begitu hancur jika itu benar adanya. Cinta yang kuberikan selama ini akan sirna begitu saja dihatinya. Aku tergeletak dalam ranjang tempatnya ia biasanya tidur dipangkuannku. Aku mengenang akan kisah yang kita jalani salami ini. begitu legit, selegit kue caramel yang selalu ia bawakan untukku.
Kali ini kuberanikan diri menghampiri tempat ia bekerja. Kulangkahkan kaki pelan-pelan sambil ku putarkan leher dengan mata bergerak kekanan dan kekiri berharap aku menemukan sosok yang kucari. Kuikuti kemana kakiku melangkah, sampai akhirnya aku berada di depan tempat resepsionis. Dengan senyum yang tulus wanita itu menanyaiku.
“ada yang bisa saya bantu, bu?”
“apakah bapak Dimas ada dikantor saat ini? Aku masih saja memutarkan kepalaku
“o… bapak Dimas. Maaf Ibu, bapak Dimas sudah seminggu ini tidak masuk kantor, beliau izin karena ada keluarganya yang sakit”.
“terima kasih” kataku kaku.
segera ku cepat-cepat bergegas meninggalkan resepsionis tadi. Seolah-olah aku seperti orang yang kerasukkan roh jahat dikantor itu. Tubuhku terasa lunglai mendengar tadi, seperti mau pingsan di tempat. Tapi itu tidak mungkin. Aku menuju mobilku yang kuparkir tidak jauh dari halaman kantor. Kukendarai ugal-ugalan. Aku tidak memperdulikan keadaan sendiri. Aku sudah tidak berpikir jika aku akan terjatuh atau polisi akan menilangku. aku tidak memperdulikannya semuanya. Sekarang yang ada dalam pikiranku hanya ada dia dan dia.
Aku tidak pantas memupuk kecemburuanku pada dia yang memberikan perhatian lebih terhadap wanita lain selain diriku. Sebenarnya ia telah beristri sejak lima tahun yang lalu. Aku sudah mengetahui itu sebelum aku mengenalnya lebih dekat. Aku hanya tau jika istrinya selalu mengekang terhadap apa yang menjadi keinginannya terutama dalam hal berkarir. Aku paham dengan sikap ia yang lembut itu, dibalik kelembutannya ada keliaran yang merasuk didalam jiwanya. Semenjak bersamaku kelembutan-kelembutan yang seharusnya ia berikan kepada istrinya semua tercurah kepadaku. Karena denganku ia bisa mengeluarkan gairahnya sebagai lelaki. Sehinggga waktunya habis bersamaku. aku sangat paham sekali dalam dirinya. Ia ingin sekali pulang kerumah dan bermanja dengan istrinya. Karena sikap protektif yang diberikan kepadannya, ia mulai tidak betah dirumah. Ia sering mampir dirumahku, rumah yang ia belikan untukku.
Sampailah aku didepan rumah. Kumasukkan mobil kegarasi. Aku mulai menapaki jalan yang menuju pintu halaman rumah. Tak kusangga, kulihat sosok orang yang sekiranya aku kenal siapa dia. Dengan tubuh yang tinggi kurus seperti orang yang kurang berolah raga, tapi aku menyukainnya. Mas Dimas, memang benar dia. Ia duduk diberanda tempat aku menunggunya setiap hari. Segera ku hampirinya, aku mendekap erat-erat tubuhnya yang kurus itu, ia berbalik membalas dekapanku. Kami menikmati dekapan yang terasa hangat ini. Namun itu tak bertahan lama. Ia melepaskan dekapannya dan tanganku.
“maafkan aku sayang, aku tak memberi kabar selama ini. Istriku sakit parah. ginjalnya bermasalah dan akan dioperasi. Aku harus mendampinginya. Aku sangat mencintainya seperti aku mencintaimu. Tapi dia istri sahku. Tidak mungkin aku meninggalkannya sendirian”. Ia sambil menyakinkanku.
“mungkin ini jalan yang terbaik bagi kita. Sudah seharusnya aku kembali kepada istriku. Terima kasih atas semua yang kau berikan kepadaku selama ini. Mungkin kita akan menjadi saudara saja nantinya. Suatu saat akan ku kenalkan kau dengan istriku jika kau mau. Dan sekarang aku harus kembali menemani istriku dirumah sakit”.
Suasana hening mengubur kami. Aku terdiam, seperti tersambar petir disiang hari. Semuanya akan berakhir sebentar lagi. Aku tak mampu mengakirinya. Dimas menyeret tubuhku dan mendaratkan bibirnya dibibirku. Mungkin ini tanda perpisahan darinnya untukku.
“sekali lagi maafkan aku sayang”
“Kubawakan kue kesukaanmu. Kue caramel kupesan dari bread talk tempat pertama kali kita bertemu.
“Sekarang Aku harus pergi. Goog bey hunney”.
Sampai detik pertemuanku dengannya tak sepatah katapun yang keluar dari bibirku. Aku hanya tertegun memandang dimas semakin lama semakin hilang dibalik pintu mobil yang dikendarainnya. dalam hatiku berkata “I love you hunney” ku ikuti dengan gerakan bibir yang lamban. Mungkin ia juga merasakan perkataan ku tadi. Tak berselang lama aku berucap ia mengirim pesan ke ponselku
“I love honey. I will always miss you”
Sender:
Sayang Dimas
085655401343

Semenjak itu semangat hidupku melemah tanpa asupan kasih darinya. Tak mungkin ku beranjak menuju kediamannya yang resmi. Meskipun ku tertatih menjalani hidup ini menjamu rindu yang selalu hinggap di benakku. Tatapi ada suatu kebahagian yang tulus dalam diriku. Aku bahagia melihat orang yang kucintai bahagia meskipun bahagianya tidak bersama ku. Sehari kemudian aku meninggalkan semua pemberian dari Dimas termasuk mobil dan rumahku. aku akan menjalani hidup sebagaimana mestinya. biarkan itu semua menjadi kenangan diantara kita bahwa ada cinta diantara kita. cinta tumbuh dari bread talk dan berakhir dengan bread talk.

Februari 2011





by_licca
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

Postingan Populer

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.