ketika aku acuh dalam keadaan sekeliling
mengusap rintikan hujan yang banjir dari kelopak mataku
terlebih kau,
akupun berjalan, menapaki jalanan lurus tanpa kelokan
sendiri aku bicara seolah diriku sahut menyahut dengan malam
tanpa bintang, tanpa rembulan
tanpa kau
mulutku mulai kembali berceloteh
bermonolog dengan iringan angin malam yang menghujam
tiada yang mampu menimpali satu perkataan dari monolog yang kubacakan
apalagi kau
lalu seseorang menatapku dengan tajam
kemudian berkatalah iya kepadaku
"kau ini gila anakku!"
"ya, memang aku gila, gila karena lelaki yang ada di gambar bajukku ini"
dan tau itu, itu adalah kau
di jalan ini kumulai hapus kenangan yang dulu sempat menjadi saksi
dimana aku pernah hidup sebagai sebatang bunga yang menghiasi taman
dan sekarang tak ada lagi tempat untukku sekadar menancapkan akar untukku hidup kemudian
kau tau, itu karena kau
ah, aku tak mengeluh. aku yakin tempatmu lebih indah seperti yang pernah kau janjikan kepadaku kala itu
aku bahagia, ya aku bahagia
bahagia yang fana
sekarang, sunyi adalah benar-benar tempat termanis yang aku dapatkan
dari kau
bayangkan, sisa-sisa waktu yang ingin kudapatkan darimu
hanyalah fatamorgana
menurutmu itu terlalu berlebih jika aku menuntut
kau balikan akan pernyataanku, "Bukankah itu yang dulu pernah kau lakukan padaku?"
jawab kau
sang pujangga pun berkata " akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar hujan pun turun
disetiap bumi hangus terbakar kemudian merekalah bunga itu berlahan-lahan"
benarkah?
yang ada hanyalah bunga mati sebelum hujan jatuh ke tanah
kau...
dan sunyi aku masih berjalan seorang diri
dan kau...?
31/10/2014/12:04
-AE_